Senin, 12 Januari 2009

Rumah Kardus


Sebenarnya bunda pengen banget membelikan Razka rumah-rumahan seperti punya Te Na dulu, produk sebuah merek penyedia mainan anak ternama dan terkenal pula mahalnya, habis setiap main ke Koperasi [kantornya Oma :p] kata Oma, Razka pasti menyempatkan main di rumah-rumahan bekas milik Tante Na yang sudah dihibahkan untuk Posyandu, dan Razka sangat excited. Tapi maaf nak... saat ini ayah dan bunda belum ada rezeki lebih, tapi tenang aja sayang... bunda gak kehabisan akal kok untuk membuatkan Razka tempat bermain yang menyenangkan --semoga bukan hanya menurut bunda ya...--

Hari Minggu kemarin bunda sempatkan untuk membongkar gudang dan mengambil kardus bekas kulkas, bunda bersihkan, bunda potong sedikit sana-sini jadilah sebuah pintu, jendela dan tiga buah lingkaran untuk lubang angin, biar kelihatan sedikit lebih menarik dan berwarna bunda tempel dengan guntingan gambar dari lembaran Buncil [maaf ya Aybun, tapi bermanfaat kok]. Taraaa.... jadilah Rumah Kardus Razka dan lebih surprise lagi Razka menyambut Rumah Kardus tersebut dengan girang. Saking senangnya setiap orang yang datang ke rumah diajak main ke dalam rumah kardus, deuuu pamer nih, dalam hati bunda terharu dan bangga lho...

Razka seolah bermain peran sebagai pemilik rumah dan mengajak main kami yang berada disekitarnya, mengetuk pintu ketika akan masuk, belum lagi dia tiba-tiba melongok dari bulatan lubang angin yang kok kebetulan pas setinggi dan seukuran wajahnya, hihihi jadi lucu, wajahnya seperti terbingkai. Keluar masuk kardus sambil tertawa-tawa, tangannya pun terulur dari jendela, menggapai-gapai kami sambil teriak-teriak..... Maaf nak bunda gak bisa ikut masuk, gak muat hahaha... bunda ngurusin badan dulu ya...

Och... senangnya, gak sia-sia deh, bunda berpeluh pagi-pagi.
Terima kasih nak sudah menerima buah karya dadakan dari bunda.

ILU 4ever

Kamis, 08 Januari 2009

Kaki Razka


Sejak ada kegiatan harian menitipkan Razka di rumah Oma, maka setiap hari pula kami menerima laporan perkembangan harian Razka dari Oma heheheh....

Ada saja yang diceritakan Oma, bahwa saat ini Razka sudah mulai bergoyang setiap mendengar lagu, cepat mengikuti apa yang dilakukan Opa, bahkan bersenandung padahal kan Razka belum bisa bicara, jadi setiap suara yang dikeluarkan bernada hahahaha.... ada-ada aja ya....

Semalam, sepulang kantor, seperti biasa kami menjemput razka terlebih dahulu ke rumah Oma. setibanya di rumah Razka langsung minta masuk ke dalam kamar, rebahan, bergulingan, dan minta disetelkan kanal kesayangannya Baby TV. Karena di rumah hanya ada ayah bunda, --asisten kami pulang hari-- jadi Razka kami jaga bergantian. Giliran bunda mandi, maka tugas ayah menemaninya bermain di kamar. Ceritanya ayah dan Razka sedang tidur-tiduran, tapi tiba-tiba menurut ayah, Razka berdiri dan menhentakkan kakinya ke tubuh ayah. Oops! jelas membuat ayah terkejut, dan berprasangka bahwa ketika di rumah Oma, ada yang mengajari atau mencontohkan hal tersebut, maklum di lingkungan rumah Oma kan banyak anak kecil seperti mas Raul [7th], Oom Raka [7th], Alma [7th], dan Dini [2,6 th].

Bunda berusaha obyektif dan tidak su'udzon, bahwa hal yang dilakukan Razka bukan karena diajari tapi mungkin tanpa secara sengaja pernah melihat tindakan tersebut kemudian direkam dengan baik, dan ini adalah saatnya Razka unjuk kebolehan.

Hal ini bunda sampaikan pada Oma, dan kemudian Oma juga bercerita bahwa ketika bermain gitar dengan Opa, Razka meminta Opa utnuk terus memainkan gitar dengan cara menendang, begitu juga ketika Oma mnyusun balok-balok, biasanya Razka akan merubuhkan balok dengan tangannya tapi sekarang dengan cara ditendang.

O O... mungkin memang Razka sedang mengekplor gerakan kakinya ya... Seketika saya mengingat nasehat Ibu Sinto B. Adelar [psikolog anak], saat berkonsultasi minggu lalu, bahwa bukan berarti anak tidak boleh dipukul sama sekali, apalagi bila tangan atau kakinya melakukan kegiatan yang membahayakan, namun bukan dipukul dengan penuh kebencian melainkan pukulan ringan untuk peringatan.

Bunda minta Oma untuk men'ceples' ringan kaki Razka bila melakukan hal yang kurang baik sambil memperingatinya dengan bahasa yang sederhana dan kalimat pendek.

"Jangan begitu ya nak, tidak sopan"

Senin, 05 Januari 2009

Razka... 'Salim' dong


Mengajari Razka untuk 'salim' --bersalaman dengan mencium tangan-- kok susah banget, padahal sudah bunda beri contoh dengan mencium tangan ayah, setiap ayah akan berangkat atau pulang kantor.

Tapi tenang aja nak, bunda gak akan pernah berputus asa. Puncaknya adalah semalam. Seperti biasa sebelum Razka tidur, kami bertiga bermain dan bercanda di kamar, ketika ada kesempatan Razka memperhatikan bunda, bunda langsung berkata dan mencontohkan cara 'salim' ke Razka. "Begini lho nak, caranya salim" sambil bunda cium punggung telapak tangan ayah. Razka curi-curi pandang sambil tersenyum-senyum. Kegiatan ini bunda ulang-ulang setiap ada kesempatan Razka berinteraksi dengan ayah dan bunda.

Ini sudah kelima kalinya, bunda pikir ini saatnya untuk uji kemampuan Razka. "Ayo nak salim ayah" ajak bunda, tiba-tiba Razka memberi respon dengan mengulurkan tangannya ke arah ayah dan menyorongkan punggung telapak tangannya ke arah wajah ayah, hahahaha....
Kami sungguh surprise melihat respon Razka, namun kami menjaga ledakan tawa kami dengan berkata "Wow Mas razka pinter deh, tapi seharusnya mas Razka yang mencium tangan ayah", Razka terkekeh ke arah kami dan melengos kearah lain, kembali lagi ke arah kami, mengulurkan tangan lagi, dan tetap menyorongkan tangannya ke wajah kami :)

Oke lah nak... besok kita latihan lagi untuk melakukan hal yang sebaliknya ya....

Bicaralah nak...

Belum mampunya Razka mengucapkan sepatah kata membuat ayah dan bunda cukup cemas, apalagi ditambah sikap 'tantrum'nya, meski beberapa teman dan kerabat sempat menenangkan kami melihat kemampuan reseptif Razka cukup baik.

Akhirnya bunda gak bisa menahan keinginan 'ngobrol' dengan pakarnya. Sabtu kemarin bunda berkonsultasi dengan Ibu Sinto B. Adelar di RSIB, setelah membuat janji terlebih dahulu tentunya.

Tanya sana-sini, keluh kesah ini itu, dicatat setiap perkembangan Razka, akhirnya bermuara pada satu kesimpulan, bahwa Razka memiliki sifat bawaan sebagai berikut:
- pemilih
- bukan penggembira
- menyukai rutinitas
- moody
- ngambekan

Solusinya adalah "Jangan persulit sifat dan karakternya dengan menerapkan banyak larangan dan aturan". Jadi beberapa hal yang dapat diarahkan pada Razka adalah:
- ikuti ritual rutinitasnya, meski tidak harus selalu tepat
- perbanyak kegiatan fisik agar energinya dapat terarah pada kegiatan positif
- jangan terlalu banyak larangan namun tetap perlu pengawasan ketat
- rangsang kemampuan verbalnya dengan banyak mengajak bicara
- ciptakan suasana yang kondusif bagi kosakatanya
- lebih sering memperdengarkan musik, meski tidak harus didengar secara khusus, atau bisa juga jadikan musik sebagai background kaktivitasnya sehari-hari

Ada beberapa hal lain yang disampaikan oleh Ibu Sinto dan sudah saya terapkan dalam keseharian Razka, paling tidak perbincangan ini cukup menenangkan hati bunda, dan melanjutkan apa yang sudah ada serta menerapkan kebiasaan baru.

Semoga Razka cepat bicara ya... agar bunda dapat lebih mengerti apa yang diinginkanmu Nak...

Luv you my 'gingy' ginger cookie